Selasa, 08 Mei 2012

ME-NYEPI DI UBUD, BALI


Persawahan Khas Ubud
Cuma berbekalkan GPS, peta kecil, dan tanya-tanya orang sekitar jika nyasar :p ,menjelajahi kawasan ubud sendirian pada tanggal 1-2 November 2011 yang lalu memberikan pengalaman yang sangat luar biasa bagi saya.  Menyusuri desa khas warga bali di Ubud dengan hamparan sawah yang luas, sepi, dan damai. Ya, Ubud, memang lebih dikenal oleh turis mancanegara sebagai tempat untuk sekedar “nyepi", menyendiri, lari sejenak dari hiruk pikuk kota yang ramai dan sibuk. Ubud, pusat seni di Bali dimana para seniman bali dan senimanmanca negara bertemu. 

Daerah Ubud sendiri terletak tidak jauh dari kota Denpasar. Hanya sekitar satu jam perjalanan saja ke arah utara. Setahu saya tidak ada kendaraan umum khusus yang sampai ubud. Dari kota Denpasar, jika memakai angkutan umum harus ke terminal Batu Bulan dahulu lanjut semacam bemo. Memakai Taxi pun mahal. Saya pun lebih memilih menyewa sepeda motor sendirian untuk menjelajahi kawasan ubud yang sepi. Lebih bebas dan lebih leluasa serta dapat masuk ke daerah-daerah pelosok di kawasan Ubud. 

Ekplore kawasan ubud dengan memakai sepeda motor membawa saya menyusuri daerah-daerah sepi dan tersembunyi di Ubud,  jauh dari hiruk pikuk turis dan hingar bingar bar seperti layaknya kawasan bali lain seperti di Kuta atau Jimbaran. Melewati kawasan persawahan desa khas ubud yang tenang, sembari mengamai para petani yang sedang memanen padi. 


Well, jujur ini pertama kalinya saya ke ubud dan bayangan saya sebelumnya tentang ubud adalah sebuah desa yang benar-benar sepi dan tidak ada sesuatu yang menarik seperti layaknya sebuah desa pada umumnya. Tapi ternyata saya salah! Selain menyajikan pemandangan hamparan persawahan yang menarik, kawasan ubud juga menyimpan berbagai macam galeri seni dan museum yang sangat menarik. Juga banyak situs-situs persejarah yang menarik untuk didatangi seperti pura dan goa-goa.

Tempat persinggahan pertama saya di Ubud adalah ke kawasan Goa Gajah. Dan seperti yang sudah-sudah, lebih banyak bule / turis mancanegara daripada turis lokalnya sendiri >_<. Ternyata komplek Goa Gajah ini sangat luas dimana terdapat juga bekas pemandian putri-putri raja yang sangat ekstotik. Ehm, mengelilingi kawasan Goa Gajah sebetulnya tidak masalah, tapi kok rasanya saya sayang ya jika kita mengelilingi suatu objek wisata tanpa tahu apa makna dan arti di balik tempat yang kita datangi tersebut. Di Samping kanan kiri saya banyak sekali rombongan bule atau turis-turis dengan Guide mereka. Saya dekati lah salah satu rombongan itu. Lumayan, dapat guide gratis.hehe! Di dalam Goa Gajahnya  sendiri terdapat semacam ruang untuk berdoa bagi penganut agama hindu lengkap dengan sesajinya. Ada kejadian "lucu" ketika saya masuk ke salah satu pura di dalam kawasan Goa Gajah, ada seorang pemuka agama yang menyuruh saya berdoa dan kemudian saya didoakan macam-macam. hehe!


Terdapat banyak sekali museum juga di Ubud terutama di kawasan Central Ubud seperti Museum Agung Rai (ARMA), Museum Puri Lukisan, Museum Blanco Renaissance, dan berbagai macam gallery seni. Kebanyakan museum-museum disini berupa  museum lukisan yang dimiliki para seniman bali bahkan  ada beberapa diantaranya yang dimiliki seniman dunia.  Ehm, namun sayang tarif masuk ke museum-museum tersebut agak kurang "bersahabat" dengan saya yang cuma turis lokal kere. hehe...:).

Hari telah beranjak sore ketika saya melewati Ubud Palace di Central Ubud. Banyak turis yang lalu lalang atau sekedar duduk-duduk di ubud palace. Kawasan Central Ubud sendiri sebetulnya bisa dieksplore dengan jalan kaki sih mengingat pusat ubudnya sendiri tidak begitu luas, namun untuk eksplore agak ke luar Central Ubud ke kawasan-kawasan yang lebih sepi dan lebih kental nuansa balinya, ya memang harus pake kendaraan sendiri lah!



Berbicara tentang landscape Ubud, terdapat persawahan yang khas dengan sistem pengairannya yang khas yang disebut subak. Sistem Subak ini membagi pengairan sawah di bali menjadi sama rata dan adil.  Namun sayang ketika saya kesana, ternyata baru saja musim panen padi, sehingga bukan hamparan padi yang menghijau yang terdapat di hadapan saya, melainkan bekas padi yang sudah dipanen dan hanya meninggalkan sedikit ilalang untuk dibakar kemudian ditanami padi kembali di musim tanam berikutnya. Yach, mungkin saya memang belum beruntung saja, namun pemandangan persawahan ubud tetap cantik kok buat foto-foto. Ehm, Pantesan banyak orang datang ke ubud untuk meditasi, "nyepi",  maupun hanya sekedar ingin menghabiskan waktu di daerah yang tenang dan sepi seperti ubud.

Perjalanan saya yang sangat singkat ke kawasan ubud yang lebih karena rasa ingin tahu saya saja mengenai daerah ubud dan mencoba sisi lain dari Bali yang tidak hanya pantai dan pantai, memang sangat singkat. Hari sudah mulai malam dan hujan sudah mulai turun ketika saya sedang asyik-asyiknya mengamati orang-orang di Pasar Ubud sehingga menngurungkan niat saya sebelumnya untuk eksplore ke  kawasan Monkey Forest di Ubud. Yup, mungkin bila suatu saat saya diberi kesempatan ke Bali lagi dan saya sedang ingin ke daerah yang damai dan tenang, jauh dari keramaian kota, saya akan ke ubud lagi.

4 komentar:

  1. Wah masnya waktu itu ga nginep di ubud ya mas? Saya ingin sekali ke ubud bulan depan. Mungkin mau join? Hehee

    BalasHapus
  2. iya, waktu itu memang ga nginap di ubud saya, tapi di daerah nusa dua. jadi pakai sepeda motor ke ubud.hehe.. wah, bulan depan saya sudah ada agenda trip lain. selamat jalan-jalan ke ubud ya.hehe... :)

    BalasHapus
  3. Motornya sewa di nusa dua? Hehee iya, selamat jalan juga maaas :)))

    BalasHapus
  4. mantap deh tempatnya, jadi pengen ke ubud bali..
    gravity adventure

    BalasHapus